Muvila.com – Belum seminggu tayang di bioskop, film musikal anak Naura dan Genk Juara sudah ramai jadi bahan perbincangan. Bukan hanya hal positif saja, ternyata film ini pun menuai komentar negatif. Beberapa hari belakangan, terjadi kontroversi soal tokoh antagonis yang mendiskreditkan islam, seperti yang dituduhkan oleh dokter Nina Asterly
Menyusul kemudian, sebuah petisi yang diinisiasi oleh Windi Ningsih yang meminta untuk menghentikan tayangnya film anak yang dianggap melecehkan agama ini. Sudah hampir 50 ribu orang yang ikut menandatangani petisi ini, dengan ataupun tanpa menggali terlebih dahulu kebenarannya, juga tanpa menelaah dengan kepala dingin dan pikiran terbuka.
Ketua Umum Asosiasi Produser Indonesia (APROFI), Fauzan Zidni menanggapi masalah ini dengan melihat sisi positif dari film Naura dan Genk Juara. Menurutnya, film ini bagus untuk anak, karena banyak scene yang mengajarkan anak untuk mencintai alam, mencintai ilmu pengetahuan, juga tentang bagaimana bekerjasama dan menjalin persahabatan secara positif.
Fauzan menyayangkan tuduhan yang disampaikan terhadap sutradara Eugene Panji yang dianggap menistakan agama lewat filmnya. “Saya cuma berharap pihak yang ramai membuat ini menjadi kontroversi, untuk menonton kembali filmnya, lalu menilai dengan pikiran jernih. Jangan apa-apa langsung dituduhkan penistaan agama. Tolonglah bisa lebih bijak dengan memisahkan antar karya seorang filmmaker dengan pilihan politik yang pernah dia pilih.” ungkap Fauzan.
Memang sudah lama Indonesia tak punya tontonan yang sehat dan ramah untuk anak-anak di layar lebar. Film musical ini mengingatkan kita kembali pada masa kejayaan Petualangan Sherina yang juga edukatif. Menurut Ketua Umum Indonesian Film Director Club (IFDC), Lasja F. Susatyo, Eugene sudah membuat karya yang sangat baik dan harus diapresisi.
“Marilah kita tetap menjadi bangsa yang toleran dan tidak menjadi bangsa pemarah. Penggunaan dalil penistaan agama untuk hal yang paling innocent seperti tontonan anak malah menyuburkan bibit kebencian dari rasa curiga sejak usia dini. Ibu yang bijak adalah kunci dari pendidikan toleransi di negara ini,” tutur Lasja.
Well, di balik ingar-bingar mereka yang sudah menantikan rilisnya film ini sejak menonton trailer-nya, ternyata ada orang-orang yang kecewa dan kontra. Kalau kamu sendiri termasuk #TeamProNaura atau #TeamKontraNaura nih?
Dari sekadar penasaran, Elisa ternyata malah jatuh hati dengan makhluk amfibi yang humanoid.
Di sisi lain, film ini juga menjadi sindiran bagi orang-orang zaman sekarang.
Pantas kiranya jika Love For Sale dikatakan sebagai film drama percintaan yang tak biasa.
Film ini mengisahkan hubungan tak biasa antara kembar dampit, Tantra dan Tantri.
Tak ada pilihan lain yang bisa diambil Dominika, lantaran pamannya telah membantu membiayai pengobatan ibunya.
Bagi orang dewasa, kisah cinta receh macam yang ada dalam film Yowis Ben ini sering dipandang sebelah mata. Padahal...
Film ini sendiri memberikan makna penting jika semestinya kebebasan pers semata diperuntukkan rakyat, bukan pemerintah.
Empat belas tahun lamanya, Tita menjalani LDR dengan Adit yang terpisah jauh antara Jakarta dan Paris.
Kisah Black Panther ini sendiri sebenarnya kelanjutan dari Captain America: Civil War.
Berbagai gombalan manis bertajuk ramalan, begitu ringan terlontar dari Dilan ke Milea.